NEUROPHYSICAL TEST
Pengkajian neurologik yang lengkap biasanya dilakukan secara bertahap dan tergantung pada
kondisi klien serta kepentingan beberapa data. Pengkajian ini meliputi riwayat
keperawatan dan pemeriksaan neurologik.
Pengkajian neurologik mencakup status mental, fungsi nervus cranial,
fungsi motorik, fungsi sensorik, dan pemeriksaan refleks.
A. Pemeriksaan
Keadaan Umum
Pemeriksaan keadaan umum meliputi memeriksa adanya kelainan-kelainan pada
kulit, bentuk tulang, besar dan kekenyalan otot, sikap tubuh dan
gerakan-gerakan abnormal, kesan umum dari inspeksi seperti menurunnya
kesadaran, bentuk dan ukuran kepala, edema, gelisah. Mengukur tanda-tanda vital
tubuh seperti tekanan darah, nadi, pernafasan, temperatur, dsb. Juga inspeksi
gerakan-gerakan abnormal seperti fasikuli (kedutan), mioclonic jerk, tics,
tremor, atetosis.
B. Test
Fungsi Serebral/Kortikal
1. Pemeriksaan Tingkat Kesadaran
Salah satu cara yang
digunakan pada klien-klien gangguan sistem saraf adalah cara Glasgow Coma Scale
(GCS), cara ini didasarkan pada penilaian terhadap tiga aspek, yaitu : respon
mata, bicara, dan motorik yang masing-masing punya nilai tertentu. Nilai
terburuk adalah 3 (tiga), sedang yang terbaik adalah 15 (lima belas). Nilai
kurang atau sama dengan 7 (tujuh) disebut koma.
1.
Respon Membuka Mata Nilai
·
Spontan membuka mata 4
·
Membuka mata bila mendengar suara 3
·
Membuka mata dengan sensasi nyeri 2
·
tidak
membuka mata terhadap semua 1
rangsangan
2.
Respon Bicara
Nilai
·
Orientasi baik 5
·
Bingung (bicara membentuk kalimat 4
tetapi arti kacau)
·
Mengerti, bisa menyusun kata tetapi 3
tidak dapat mengucapkan kata atau
kalimat
·
Bisa mengeluarkan kata yang tidak 2
mempunyai arti
·
Tidak dapat mengeluarkan kata-kata 1
dan pengertian tidak ada
3.
Respon Motorik Nilai
·
Menurut perintah 6
·
Dapat melokalisir rangsangan sensorik
dikulit 5
·
Menolak rangsangan nyeri pada 4
gerak bawah ( Widrawel)
·
Menjauhi rangsangan nyeri (Fleksi) 3
·
Ekstensi spontan 2
·
Tidak ada gerakan 1
- Orientasi baik terhadap orang, tempat dan waktu
Untuk mengetahui orientasi terhadap orang
dapat dengan menanyakan namanya, atau klien membuka matanya saat namanya
dipanggil. Orientasi terhadap waktu dapat diketahui dengan cara mengamati
apakah klien sadar bahwa ia dirumah sakit, apakah klien sadar ada orang lain di
dekatnya, apakah klien dapat menyebutkan alamat rumahnya. Sedangkan orientasi
terhadap waktu dapat dengan menanyakan hari dan tanggal sekarang, apakah siang
atau malam.
- Daya ingat
Ada tiga jenis memori menurut tiga
jenis retensinya, yaitu:
v
Immediete Memori (segera setelah operasi),
misalnya menanyakan naik apa ke rumah sakit.
v
Recent Memory (beberapa menit, jam, dan hari
setelah presentas), misalnya
sebelum masuk RS apakah klien sudah melakukan sholat.
v
Remote Memory/Post Memory (beberapa tahun =
jangka waktu yang lama), misalnya menanyakan klien lahir dimana.
- Bicara (kemampuan untuk menerima dan menyampaikan informasi)
Ada tiga jenis angguan bicara
(Afasia), yaitu :
v
Afasia Motorik disebut juga afasia Broca
v
Afasia Sensorik disebut juga afasia Wesnicke
v
Afasia Total/Glonal afasia, baik afasia motorik
maupun afasia sensorik.
Untuk mengetahui afasia motorik, anjurkan klien untuk mengulangi kata
atau kalimat yang diucapkan pemeriksa, tentukan apakah dapat mengucapkan dengan
jelas. Untuk mengetahui afasia sensorik klien diminta untuk membaca sebuah
kalimat kemudian pemeriksa menanyakan maksud bacaan atau klien menulis
kata/kalimat yang didiktekan pemeriksa, amati apakah klen dapat menulisnya dengan
benar.
C. Test Fungsi Nervus Cranialis (N I
s/d N XII)
Alat-alat yang dipersiapkan :
v
Light test pen
v
Penggaris
v
Pilinan kapas
v
Kapas
v
Bahan/benda untuk dicium
v
Jarum
v
Air hangat/air dingin
v
Gula, garam, dsb.
1. Nervus I (Olfaktorius)
Untuk menemukan ada tidaknya gangguan terhadap fungsi
penciuman, cara pemeriksaannya sebagai berikut :
o
Tutup mata pasien
o
Tutup salah satu lubang hidung
o
Berikan bau-bauan dan pasien diminta menyebutkan
bau apa.
o
Cek satu-satu lubang hidung dengan bau-bauan
(sebaiknya gunakan bau-bauan yang berbeda)
2. Nervus II (Optikus)
Untuk menentukan ada tidaknya
gangguan terhadap fungsi penglihatan :
v
Tes Lapangan Pandang
-
Gerakkan jari dari jarak 30 cm di depan hidung menuju
ke belakang sampai pasien tidak melihat satu bayangan.
-
Mata pasien harus tetap lurus di depan.
v
Pemeriksaan Visus
-
pasien dikaji dengan menggunakan kartu Snellen atau
kartu Rosembam. Dilakukan dengan jarak tertentu sehingga diperoleh visus yang
sesuai
v
Tes Buta Warna
-
Pasien menentukan angka dalam bola warna
3
Nervus III (
Oculomotorius )
-
Kontriksi pupil
-
Gerakan kelopak mata
-
Penggerakan kelopak mata
Light tespen jangan nyala dulu, mulai
dari samping.
Konsensual reflek : Kedua pupil
beraksi bersama-sama terhadap stimulus dan perhatikan reaksi pupil cepat atau
lambat, apakah besarnya sama antara pupil kiri dan kanan. Komandonya : ” lihat
kedepan ikuti cahaya ”.
Pada keadaan kelopak mata (
Palpebra ) : lihat ada tidaknya potalis atau retratsi palpebra dan kedudukan
kedua belah mata.
4.
Nervus IV (
Trochlearis )
Pergerakan bola mata kebawah dan kedalam
Meminta pasien mengikuti gerakan
tangan atau pensil dengan mata bergerak keatas, kebawah, medial dan lateral.
5.
Nervus V (
Trigeminus )
Nervus V mensuplai sensasi
kornea, mukosa mulut, hidung dan kulit muka.
- Tes sensorik
Cara test reflek kornia (
dilakukan satu-satu )
a.
tutup mata yang satu dengan penutup
b.
minta klien melirik kearah latero superior ( mata yang
tidak diperiksa )
c.
Sentuh ujung kapas yang sudah dipilin pada kornea. Bila
langsung mengejap, reflek kornea baik.
d.
Bandingkan reflek kornea kedua mata.
- Tes
motorik
-
Fungsi muskulus Maseter dan temporalis
mengangkat/menaikkan mandibula. Untuk mengujinya suruh penderita mengatupkan
rahangnya dan lakukan palpasi pada muskulus
temporalis serta muskulus maseter yang berkontraksi.
-
Fungsi muskulus Pterygoideus menggerakkan mandibula
dari sisi yang satu ke sisi yang lain, jika otot-otot tersebut lumpuh, terjadi
devisi rahang kesisi otot yang paralysis dan otot yang terkena.
6.
Nervus VI (
Abdusens )
- Meminta
pasien mengikuti gerakan jari pemeriksa kesegala arah.
7.
Nervus VII (
Fasialis )
Tes Sensorik :
Tes otot-otot
forsehead/dahi dengan cara suruh mengerutkan dahi, lihat gerakan-gerakan otot
pengunyah yang dipersyarapi N. Fasialis. Mengunyah, lihat kekuatan tonus otot
kiri dan kanan, apakah penuh atau tidak. Rasa kecap, test terhadap berbagai
rasa (asin, manis, pahit, apakah dapat membedakan atau tidak)
Test motorik :
Suruh pasien
memperlihatkan gigi, palpasi temporal dan otot maseter bilateral : perhatikan
tonus otot dan catat simetris tidaknya.
8.
Nervus VIII
( Akustikus )
Tes N. Vestibular (Keseimbangan)
Equilibrium,
posisi tubuh, orientasi ruang.
Tes N. Koklearis (Pendengaran)
- Weber
Menggunakan
garputala, getarkan dan letakkan pada dahi
- Rinne
Menggunakan
garputala, getarkan dan tempatkan pada Processus mastoideus, jika tidak dapat
mendengar, letakkan didepan telinga.
Pemeriksaan lain
-
Membisikkan nomor/angka yang terdiri dari dua angka
atau dua suku kata dari jarak 1-3 kaki.
-
Meletakkan jam tangan disisi tempat tidur.
9.
Nervus IX (
Glosofaringeus ) dan Nervus X ( Vagus )
N. IX : Menginervsi otot-otot glosopharingeus untuk
menelan, mensuplai sensasi membran mukosa taring dan mempersarafi 1/3
bagian belakang lipah.
N. X : Thoraxik dan abdomen visceral organ,
mengontrol proses menelan dan mengontrol mukosa faring.
Pemeriksaan
-
Perhatikan pergerakan palatum mole kedua sisi
-
Perhatikan pergerakan ovula
-
Perhatikan pergerakan otot faring kedua sisi
-
Bangkitkan refleks muntah dengan menyentuh dinding
belakang
-
Periksa sensoris lidah bagian belakang palatum dengan
spatel lidah yang runcing
10. Nervus XI (Spinal Accesorius )
Mensuplai : - Otot-otot
sternocleidomastoideus
- Otot-otot trapezius ( Ripper position )
Cara tes :
a. Untuk
sternocleidomastoideus
-
Kepala pasien miring kekanan, keta putar kearah depan
(Tarik dengan kekuatan).
Kalau bisa menahan → baik
-
Inspeksi dan palpasi otot terocleidemonas toideus
apakah fasciculasi, kelemahan, atropi.
-
Sehari kemudian lakukan kearah kiri
b. Untuk
otot trapezius
- Pasien
suruh angkat bahu, coba dorong ke bawah oleh pemeriksa
11. Nervus XII ( Hypoglosus )
Responsible untuk lidah, pergerakan waktu menelan
dan berbicara.
Cara tes :
-
Perhatikan lidah dalam keadaan istrahat
-
Adakah fsikulasi ( Kedutaan )
-
Apakah simetris
-
Bagaimana refleks lidah waktu ditekan dengan spatek
kudah, adakah gerakan melawan (suruh pasien mendorong lidahnya untuk menahan
depressor).
-
Suruh pasien untuk menarik dan mengeluarkan lidah
beberapa kali, kemudian kekiri dan kekanan.
D. TEST FUNGSI MOTORIK DAN FUNGSI CEREBELLUM
1.
Test apakah pasien bisa berdiri lurus di jalan
lintasan. Pada kelainan cerebellum/parkinson pasien berjalan tidak lurus dalam
lintasan.
2.
Test keseimbangan koordinasi
” ikuti jari saya, tunjuk hidung sendiri ”
3. Test tonos dan kekuatan otot
Cara test
:
Sebelum
melakukan tes kekuatan otot sebaiknya otot dipalpasi apakah otot terasa kenyal
atau lunak. Tonus otot apakah hypotoni atau hipertoni. Periksa kekuatan otot
anggota gerak atas (kekanan dan kekiri). Ada dua cara pemeriksaan kekuatan
otot, yaitu :
0 : Bila tidak terlihat kontraksi
1 : Terlihat kontraksi tapi tidak ada gerakan
pada sendi
2 : Ada gerakan pada sendi tetapi tidak dapat
melawan gerakan grafitasi
3 : Bisa melawan grafitasi tetapi tidak dapat
melawan tahanan pemeriksa
4 : Bisa bergerak melawan tahanan pemeriksa
tetapi kekuatannya berkurang
5 : Dapat melawan tahan pemeriksa dengan
kekuatan maksimal
Pencatatan hasil
pemeriksaan kekuatan otot adalah
L Ka L
Ki
T Ka T
Ki
E.
TEST FUNGSI
SENSORIK (TEST SENSIBILITAS DAERAH DERMATOM)
Bahan yang dipakai :
-
Jarum yang tajam dan tumpul
-
Botol berisi air yang hangat dan dingin
-
Garpu tala untuk rasa getar
Cara pemeriksaan :
Tutup mata pasien
Lakukan test sensibilitas terhadap
rangsangan panas, dingin, getar, posisi, tajam dan tumpul mulai dari tangan
sesuai dengan dermatom.
F.
TEST FUNGSI
REFLEKS
Refleks merupakan respon motorik
involunter yang timbul karena adanya rangsangan sensorik. Rangsangan berjalan
disepanjang jarak yang disebut arcus atau lengkung refleks terdidi dari
reseptor,ganglion spinalis, radik posterior, cornu posterior, cornu anterior,
radik anterior dan epektor.
Alat-alat yang digunakan adalah humer
reflek, ballpoint atau bahan lain yang bisa menggores.
1) Refleks
Fisiologis
Refleks kornea
Ditimbulkan dengan cara menyentuhkan kapas
pada limbus kornea, kalau mata kanan yang mau diperiksa pasien melirik kekiri,
limbus kornea mata kanan disentuh dengan kapas, kalau positif mata pasien akan
mengedip. Yang menjadi reseptor adalah saraf otak V pusatnya dipons, epektor
syaraf otak VII.
Refleks pharing
Pharing klien digores dengan
spatel,dikatakan positif bila reaksinnya muntah, negaf bila tidak muntah, yang
menjadi resptor adalah noervus IX, efektornya adalah nervus X.
Refleks cahaya
Sebagai ekferentnervus optikus, menuju
inti ediger wetpal secara bilateral dimesensephalon sebagai efferennya nervus
III, menuju muskulus konsteriktor pupil. Mata diberi sinar dari samping, maka
akan terjadi miosis pupil dari mata tersebut reflek cahaya direct. Pupil dari
mata yang satunya lagi juga akan miosis, keadaan ini disebut refleks cahaya
indirek. Pada keadaan dimana terdapat kerusakan nervus II atau III, maka reflek
cahaya bisa menjadi negatif.
Refleks Abdominal
Terdiri dari :
a.
Refleks epigastrik : pusat refleks terdapat pada
segment spinalis thorakal 6 – 9.
b.
Refleks mesogastrik : pusat refleks terdapat pada
segment medulla spinalis thorakal 8 –
11.
c.
Refleks Hipogastrik : pusat refleks terdapat pada
segment spinalis thorakal 11 sampai L1
Cara menimbulkan refleks abdominal dengan menggoreskan dinding perut dari
lateral kearah umbilicus. Refleks dikatakan positif apabila terjadi kontraksi
dinding perut. Refleks dinding perut negatif pada :
-
Orang tua, wanita sudah melahirkan karena dinding
perutnya kendur.
-
Obesitas
-
Orang yang gelisah
-
Orang yang geli
-
Akut abdomen
Pada kerusakan jaras kortokospilalis, refleks dinding perut akan negatif
tetapi sebaliknya refleks otot yang bersangkutan meninggi. Keadaan ini dikenal
dengan nama desosiasi refleks abdominal.
Refleks Kremaster
Pusat refleks terdapat disegmen medulla spinalis L1 – 2, cara
menimbulkannya menggores paha bagian dalam dari atas bawah, hasil positif bila
skrotum sisi yang sama naik/kontriksi, refleks ini negatif terjadi pada orang
tua, hodricel, orchitis.
Refleks Anal
Pusat refleks terdapat pada segmen medulaspinalis S3-4-5, cara
menimbulkannya dengan menggores kulit anal, hasil positif bila terjadi
kontraksi otot spingter ani.
Refleks Bulbocavernosa
Pusat refleks terdapat pada segmen S3-4, cara menimbulkannya dengan menekan
gland penis tiba-tiba oleh satu tangan, sedang jari tangan yang lainnya
dimasukkan kedalam anus, hasil positif bila waktu glan penis ditekan terasa
spingter ani kontraksi.
Refleks Biceps
Pusat refleks terdapat di C5-6, cara membangkitkannya ialah dengan cara
mengetuk tendon otot biseps didaerah fossa kubiti dimana lengan pada posisi
fleksi didaerah siku, positif bila terjadi kontraksi otot biceps dan gerakan
fleksi lengan bawah.
Refleks triceps
Pusat refleks terdapat pada C6-7-8, cara membangkitkannya ialah dengan
cara mengetuk tendon otot triceps didaerah siku dimana lengan pada posisi
fleksi didaerah siku, positif bila terjadi kontraksi otot triceps dan gerakan
ekstensi lengan bawah.
Refleks Brachiorasialis
Pusat refleks terdapat pada C5-6, cara membangkitkannya ialah dengan cara
mengetuk tendon otot brachiorasialis didaerah proksimal pergelangan tangan,
hasil positif bila terdapat kontraksi otot brachiorasialis dan gerakan fleksi
lengan bawah.
Refleks Quadriceps
Pusat refleks terdapat pada 2-3-4, cara membangkitkannya dengan mengetuk
tendon otot quadriceps didaerah lutut, posisi tungkai fleksi didaerah lutut,
hasil positif bila terdapat kontraksi otot quadriceps didaerah Achilles atau
gerakan ekstensi tingkat bawah.
Refleks Sentakan Rahang
Tekankan ibu jari tangan pada dagu penderita dengan mulut 1/2-3/4
terbuka, dalam keadaan lemas.
Refleks Pektorialis
Tekankan ibu jari tangan pada lipatan depan fosa aksilaris, dorong keatas
sedikit dan perlahan-lahan, sehingga tendo m.pektorialis teregang, kemudian
ketuk.
Refleks Pronator
Penderita duduk, lengan difleksikan serta sedikit dalam kedudukan
pronasi. Ketuklah tonjolan radialis yang terdapat pada permukaan palmaris,
sambil memegang tangan penderita; rasakan dan perhatikan pronasi yang terjadi.
Refleks Fleksor Jari
Penderita duduk, lengan dalam kedudukan fleksi dan supinasi, jari-jari
sedikit difleksikan ; letakkan salah satu jari anda secara horisontal
dipermukaan palmaris jari-jari yang sedikit difleksikan, kemudian ketuk sambil
merasakan dan memperhatikan jari-jari yang melakukan fleksi.
Refleks abduktor ekstremitas bawah
Penderita dalam posisi berbaring, tungkai bawah dalam keadaan lemas dan
diekstesikan, letakkan tangan anda diatas paha bawah medial, tarik sedikit ke
atas , kemudian ketuk jari-jari anda ; rasakan dan cari adanya aduksi paha
(normal hipoaktif)
Refleks Hamsting (m.semitendinous dan m.semimembranosus dibagian
dalam, m.biceps femoris dibagian luar)
Penderita dalam posisi berbaring ; putarlah sedikit keatas luar atau
kearah dalam dan fleksikan tungkai bawah penderita, letakkan jari anda
masing-masing diatas tendon medralis atau lateralis, tepat diatas fossa
paplitea, kemudian ketuk.
Refleks Achilles atau refleks sentakan pergelangan kaki
Penderita dalam posisi duduk atau berbaring ; secara parsialfelksikan
pergelangan kaki penderita kearah dorsal dengan mempergunakan satu tangan,
ketuklah tendon Achilles, rasakan dan perhatikan pergerakan refleks yang
terjadi.
Refleks Gastroremeus
Pusat refleks terdapat pada L5-S2, cara membangkitkannya dengan memukul
tendon otot gastrotemeus didaerah Achilles, posisi tungkai sedikit fleksi
didaerha lutut, hasil positif bila terdapat kontraksi otot gastroremeus atau
gerkan ekstensi kaki.
2) Refleks Pathologi
Refleks Hoffman Trommer
Cara membangkitkan jari tengah penderita diekstensikan, kemudian ujungnya
digores, positif terdapat gerakan fleksi jari lainnya.
Refleks Jaw
Terdapat kerusakan kortikospinalis bilateral, eferen adan aferennya
nervus trigeminus. Cara membangkitkannya dengan mengetuk dan penderita pada
posisi mulut sedikti terbuka. Hasil positif jika mulutnya terkatup.
Refleks Babinski
Cara membangkitkannya dengan menggores bagian lateral telapak kaki pasien
dari belakang kedepan, hasil positif bila gerakan dorsoekstensi dari ibu jari
dan abduksi dari jari-jari lainnya.
Refleks Babinski
Cara membangkitkannya dengan menggores bagian dorsoteral kaki pasien dari
belakang kedepan, hasil positif bila gerakan dorsoekstensi dari ibu jari dan
abduksi dari jari-jari lainnya.
Refleks Oppenheim
Cara membangkitkannya dengan menggores daerah tibia dengan tangan antara
jari telunjuk dan jari tengah dari proksimal ke distal, hasil positif bila
terdapat gerakan dorsoekstensi dari ibu jari dan gerakan abduksi dari jari-jari
lainnya.
Refleks Regresi
Dikarenakan karena keruskan trktus piramidalis bilateral/kerusakan otak
bilateral, yang termasuk refleks ini adalah :
1.
Refleks Glabella
Cara membangkitkannya dengan mengetuk dahi diantara kedua mata,
mengetuknya dari samping, hasil positif bila tiap ketukan mengakibatkan kedua
mata pasien berkedip.
2.
Refleks Glabella
Cara membangkitkannya dengan mengetuk pertengahan bibir atas, hasil
positif bila tiap ketukan menyebabkan mulut mencucu.
3.
Refleks Sucking
Cara membangkitkannya dengan menaruh jari dibibir pasien, hasil positif
bila pasien menghisap jari tersebut.
4.
Refleks Graps
Cara membangkitkannya dengan menaruh jari pada telapak tangan pasien,
hasil positif bila tangan penderita akan menggenggam tangan pemeriksa.
5.
Refleks Palmomental
Cara membangkitkannya dengan menggores telapak tangan didaerah
distal, hasil positif terdapat kontraksi
otot-otot mental/dagu.
Refleks Rosolimo
Cara membangkitkannya dengan mengetuk telapak kaki depan, hasil positif
bila jari-jari kakinya ventrofleksi.
Refleks Mendel Bechterew
Cara membangkitkannya dengan mengetuk daerah dorsal kaki sebelah depan,
hasil positif bila jari-jari kakinya ventrofleksi.
G. TEST RANGSANG MENINGEAL
1) Nuchal Rigidity atau kaku
kuduk
Cara pemeriksaan :
Klien tanpa bantal, lakukan terlebih dahulu fleksi leher ke lateral untuk
menyingkirkan kemungkinan kekakuan leher karena proses local dileher seperti
fraktur dan arthritis akut. Lakukan fleksi leher (Mendekatkan dagu ke sternum),
mengalami tahanan karena nyeri yang timbul.
2) Tanda Brudzinki I (tanda
leher menurut Brudzinki)
Bila pasa saat fleksi leher terjadi juga fleksi pada kedua lutut, maka
tanda brudzinski l positif.
3) Tanda kernig
Ekstensi sendi lutut pada posisi fleksi sendi paha 90 derajat akan
menimbulkan nyeri sepanjang perjalanan nervus ishiadicus.
Coin Casino Review | No Deposit Bonus, Free Spins & More!
BalasHapusCoin Casino is an established and well established online casino that has a 인카지노 proven track 1xbet korean record of offering a lot of deccasino value for the players. The casino also offers a