Kamis, 19 Desember 2013

NEUROPHYSICAL TEST



NEUROPHYSICAL TEST


Pengkajian neurologik yang lengkap biasanya  dilakukan secara bertahap dan tergantung pada kondisi klien serta kepentingan beberapa data. Pengkajian ini meliputi riwayat keperawatan dan pemeriksaan neurologik.
Pengkajian neurologik mencakup status mental, fungsi nervus cranial, fungsi motorik, fungsi sensorik, dan pemeriksaan refleks.

A. Pemeriksaan Keadaan Umum
Pemeriksaan keadaan umum meliputi memeriksa adanya kelainan-kelainan pada kulit, bentuk tulang, besar dan kekenyalan otot, sikap tubuh dan gerakan-gerakan abnormal, kesan umum dari inspeksi seperti menurunnya kesadaran, bentuk dan ukuran kepala, edema, gelisah. Mengukur tanda-tanda vital tubuh seperti tekanan darah, nadi, pernafasan, temperatur, dsb. Juga inspeksi gerakan-gerakan abnormal seperti fasikuli (kedutan), mioclonic jerk, tics, tremor, atetosis.

B. Test Fungsi Serebral/Kortikal
      1. Pemeriksaan Tingkat Kesadaran
              Salah satu cara yang digunakan pada klien-klien gangguan sistem saraf adalah cara Glasgow Coma Scale (GCS), cara ini didasarkan pada penilaian terhadap tiga aspek, yaitu : respon mata, bicara, dan motorik yang masing-masing punya nilai tertentu. Nilai terburuk adalah 3 (tiga), sedang yang terbaik adalah 15 (lima belas). Nilai kurang atau sama dengan 7 (tujuh) disebut koma.
1.      Respon Membuka Mata                                                             Nilai
·          Spontan membuka mata                                                         4
·          Membuka mata bila mendengar suara                                    3
·          Membuka mata dengan sensasi nyeri                                     2
·          tidak  membuka mata terhadap semua                                   1
rangsangan                                                                             
2.      Respon Bicara                                                                           Nilai
·          Orientasi baik                                                                         5
·          Bingung (bicara membentuk kalimat                                      4
tetapi arti kacau)
·          Mengerti, bisa menyusun kata tetapi                                      3
tidak dapat mengucapkan kata atau
kalimat
·          Bisa mengeluarkan kata yang tidak                                        2
mempunyai arti
·          Tidak dapat mengeluarkan kata-kata                                     1
dan pengertian tidak ada

3.      Respon Motorik                                                                          Nilai
·          Menurut perintah                                                                    6
·          Dapat melokalisir rangsangan sensorik         
dikulit                                                                                     5
·          Menolak rangsangan nyeri pada                                             4
gerak bawah ( Widrawel)
·          Menjauhi rangsangan nyeri  (Fleksi)                                       3
·          Ekstensi spontan                                                                     2
·          Tidak ada gerakan                                                                  1

  1. Orientasi baik terhadap orang, tempat dan waktu
 Untuk mengetahui orientasi terhadap orang dapat dengan menanyakan namanya, atau klien membuka matanya saat namanya dipanggil. Orientasi terhadap waktu dapat diketahui dengan cara mengamati apakah klien sadar bahwa ia dirumah sakit, apakah klien sadar ada orang lain di dekatnya, apakah klien dapat menyebutkan alamat rumahnya. Sedangkan orientasi terhadap waktu dapat dengan menanyakan hari dan tanggal sekarang, apakah siang atau malam.

  1. Daya ingat
                Ada tiga jenis memori menurut tiga jenis retensinya, yaitu:
v  Immediete Memori (segera setelah operasi), misalnya menanyakan naik apa ke rumah sakit.
v  Recent Memory (beberapa menit, jam, dan hari setelah presentas), misalnya
sebelum masuk RS apakah klien sudah melakukan sholat.
v  Remote Memory/Post Memory (beberapa tahun = jangka waktu yang lama), misalnya menanyakan klien lahir dimana.

  1. Bicara (kemampuan untuk menerima dan menyampaikan informasi)     
               Ada tiga jenis angguan bicara (Afasia), yaitu :
v  Afasia Motorik disebut juga afasia Broca
v  Afasia Sensorik disebut juga afasia Wesnicke
v  Afasia Total/Glonal afasia, baik afasia motorik maupun afasia sensorik.

Untuk mengetahui afasia motorik, anjurkan klien untuk mengulangi kata atau kalimat yang diucapkan pemeriksa, tentukan apakah dapat mengucapkan dengan jelas. Untuk mengetahui afasia sensorik klien diminta untuk membaca sebuah kalimat kemudian pemeriksa menanyakan maksud bacaan atau klien menulis kata/kalimat yang didiktekan pemeriksa, amati apakah klen dapat menulisnya dengan benar.

C. Test Fungsi Nervus Cranialis (N I s/d N XII)
     
      Alat-alat yang dipersiapkan :
v  Light test pen
v  Penggaris
v  Pilinan kapas
v  Kapas
v  Bahan/benda untuk dicium
v  Jarum
v  Air hangat/air dingin
v  Gula, garam, dsb.

1.      Nervus I (Olfaktorius)
Untuk menemukan ada tidaknya gangguan terhadap fungsi penciuman, cara pemeriksaannya sebagai berikut :
o   Tutup mata pasien
o   Tutup salah satu lubang hidung
o   Berikan bau-bauan dan pasien diminta menyebutkan bau apa.
o   Cek satu-satu lubang hidung dengan bau-bauan (sebaiknya gunakan bau-bauan yang berbeda)
2.      Nervus II (Optikus)
             Untuk menentukan ada tidaknya gangguan terhadap fungsi penglihatan :
v  Tes Lapangan Pandang
-          Gerakkan jari dari jarak 30 cm di depan hidung menuju ke belakang sampai pasien tidak melihat satu bayangan.
-          Mata pasien harus tetap lurus di depan.
v  Pemeriksaan Visus
-          pasien dikaji dengan menggunakan kartu Snellen atau kartu Rosembam. Dilakukan dengan jarak tertentu sehingga diperoleh visus yang sesuai
v  Tes Buta Warna
-          Pasien menentukan angka dalam bola warna
3        Nervus III ( Oculomotorius )
-          Kontriksi pupil
-          Gerakan kelopak mata
-          Penggerakan kelopak mata
        Light tespen jangan nyala dulu, mulai dari samping.
Konsensual reflek : Kedua pupil beraksi bersama-sama terhadap stimulus dan perhatikan reaksi pupil cepat atau lambat, apakah besarnya sama antara pupil kiri dan kanan. Komandonya : ” lihat kedepan ikuti cahaya ”.
Pada keadaan kelopak mata ( Palpebra ) : lihat ada tidaknya potalis atau retratsi palpebra dan kedudukan kedua belah mata.
4.         Nervus IV ( Trochlearis )
        Pergerakan bola mata kebawah dan kedalam
Meminta pasien mengikuti gerakan tangan atau pensil dengan mata bergerak keatas, kebawah, medial dan lateral.
5.         Nervus V ( Trigeminus )
Nervus V mensuplai sensasi kornea, mukosa mulut, hidung dan kulit muka.
-     Tes sensorik
Cara test reflek kornia ( dilakukan satu-satu )
a.          tutup mata yang satu dengan penutup
b.         minta klien melirik kearah latero superior ( mata yang tidak diperiksa )
c.          Sentuh ujung kapas yang sudah dipilin pada kornea. Bila langsung mengejap, reflek kornea baik.
d.         Bandingkan reflek kornea kedua mata.
        -     Tes motorik
-          Fungsi muskulus Maseter dan temporalis mengangkat/menaikkan mandibula. Untuk mengujinya suruh penderita mengatupkan rahangnya dan lakukan palpasi pada muskulus  temporalis serta muskulus maseter yang berkontraksi.
-          Fungsi muskulus Pterygoideus menggerakkan mandibula dari sisi yang satu ke sisi yang lain, jika otot-otot tersebut lumpuh, terjadi devisi rahang kesisi otot yang paralysis dan otot yang terkena.
6.         Nervus VI ( Abdusens )
        -   Meminta pasien mengikuti gerakan jari pemeriksa kesegala arah.
7.         Nervus VII ( Fasialis )
        Tes Sensorik :
Tes otot-otot forsehead/dahi dengan cara suruh mengerutkan dahi, lihat gerakan-gerakan otot pengunyah yang dipersyarapi N. Fasialis. Mengunyah, lihat kekuatan tonus otot kiri dan kanan, apakah penuh atau tidak. Rasa kecap, test terhadap berbagai rasa (asin, manis, pahit, apakah dapat membedakan atau tidak)
        Test motorik :
Suruh pasien memperlihatkan gigi, palpasi temporal dan otot maseter bilateral : perhatikan tonus otot dan catat simetris tidaknya.
8.         Nervus VIII ( Akustikus )
*      Tes N. Vestibular (Keseimbangan)
      Equilibrium, posisi tubuh, orientasi ruang.
*      Tes N. Koklearis (Pendengaran)
      -  Weber
          Menggunakan garputala, getarkan dan letakkan pada dahi
      -   Rinne
    Menggunakan garputala, getarkan dan tempatkan pada Processus mastoideus, jika tidak dapat mendengar, letakkan didepan telinga.
*      Pemeriksaan lain
-          Membisikkan nomor/angka yang terdiri dari dua angka atau dua suku kata dari jarak 1-3 kaki.
-          Meletakkan jam tangan disisi tempat tidur.
9.         Nervus IX ( Glosofaringeus ) dan Nervus X ( Vagus )
    N. IX       :   Menginervsi otot-otot glosopharingeus untuk menelan, mensuplai sensasi membran mukosa taring dan mempersarafi 1/3 bagian belakang lipah.
    N. X        :   Thoraxik dan abdomen visceral organ, mengontrol proses menelan dan mengontrol mukosa faring.
        Pemeriksaan
-      Perhatikan pergerakan palatum mole kedua sisi
-      Perhatikan pergerakan ovula
-      Perhatikan pergerakan otot faring kedua sisi
-      Bangkitkan refleks muntah dengan menyentuh dinding belakang
-      Periksa sensoris lidah bagian belakang palatum dengan spatel lidah yang runcing
10.     Nervus XI (Spinal  Accesorius )
        Mensuplai :            -     Otot-otot sternocleidomastoideus
                                      -     Otot-otot trapezius ( Ripper position )
        Cara tes :
        a.   Untuk sternocleidomastoideus
-          Kepala pasien miring kekanan, keta putar kearah depan (Tarik dengan kekuatan).
Kalau bisa menahan → baik
-          Inspeksi dan palpasi otot terocleidemonas toideus apakah fasciculasi, kelemahan, atropi.
-          Sehari kemudian lakukan kearah kiri
        b.   Untuk otot trapezius
              -     Pasien suruh angkat bahu, coba dorong ke bawah oleh pemeriksa
11.     Nervus XII ( Hypoglosus )
                    Responsible untuk lidah, pergerakan waktu menelan dan berbicara.
        Cara tes :
-          Perhatikan lidah dalam keadaan istrahat
-          Adakah fsikulasi ( Kedutaan )
-          Apakah simetris
-          Bagaimana refleks lidah waktu ditekan dengan spatek kudah, adakah gerakan melawan (suruh pasien mendorong lidahnya untuk menahan depressor).
-          Suruh pasien untuk menarik dan mengeluarkan lidah beberapa kali, kemudian kekiri dan kekanan.

D.    TEST FUNGSI MOTORIK DAN FUNGSI CEREBELLUM

1.      Test apakah pasien bisa berdiri lurus di jalan lintasan. Pada kelainan cerebellum/parkinson pasien berjalan tidak lurus dalam lintasan.
2.      Test keseimbangan koordinasi
” ikuti jari saya, tunjuk hidung sendiri ”
  3.   Test tonos dan kekuatan otot
  Cara test :
        Sebelum melakukan tes kekuatan otot sebaiknya otot dipalpasi apakah otot terasa kenyal atau lunak. Tonus otot apakah hypotoni atau hipertoni. Periksa kekuatan otot anggota gerak atas (kekanan dan kekiri). Ada dua cara pemeriksaan kekuatan otot,  yaitu :
        0    :     Bila tidak terlihat kontraksi
        1    :     Terlihat kontraksi tapi tidak ada gerakan pada sendi
  2    :     Ada gerakan pada sendi tetapi tidak dapat melawan gerakan grafitasi
  3    :     Bisa melawan grafitasi tetapi tidak dapat melawan tahanan pemeriksa
  4    :     Bisa bergerak melawan tahanan pemeriksa tetapi kekuatannya berkurang
  5    :     Dapat melawan tahan pemeriksa dengan kekuatan maksimal
Pencatatan hasil pemeriksaan kekuatan otot adalah


L    Ka             L   Ki

T    Ka             T   Ki

E.         TEST FUNGSI SENSORIK (TEST SENSIBILITAS DAERAH DERMATOM)

        Bahan yang dipakai :
-      Jarum yang tajam dan tumpul
-      Botol berisi air yang hangat dan dingin
-      Garpu tala untuk rasa getar
        Cara pemeriksaan :
        Tutup mata pasien
        Lakukan test sensibilitas terhadap rangsangan panas, dingin, getar, posisi, tajam dan tumpul mulai dari tangan sesuai dengan dermatom.

F.         TEST FUNGSI REFLEKS

        Refleks merupakan respon motorik involunter yang timbul karena adanya rangsangan sensorik. Rangsangan berjalan disepanjang jarak yang disebut arcus atau lengkung refleks terdidi dari reseptor,ganglion spinalis, radik posterior, cornu posterior, cornu anterior, radik anterior dan epektor.
        Alat-alat yang digunakan adalah humer reflek, ballpoint atau bahan lain yang bisa menggores.
        1)   Refleks Fisiologis
              Refleks kornea
Ditimbulkan dengan cara menyentuhkan kapas pada limbus kornea, kalau mata kanan yang mau diperiksa pasien melirik kekiri, limbus kornea mata kanan disentuh dengan kapas, kalau positif mata pasien akan mengedip. Yang menjadi reseptor adalah saraf otak V pusatnya dipons, epektor syaraf otak VII.
Refleks pharing
Pharing klien digores dengan spatel,dikatakan positif bila reaksinnya muntah, negaf bila tidak muntah, yang menjadi resptor adalah noervus IX, efektornya adalah nervus X.
Refleks cahaya
Sebagai ekferentnervus optikus, menuju inti ediger wetpal secara bilateral dimesensephalon sebagai efferennya nervus III, menuju muskulus konsteriktor pupil. Mata diberi sinar dari samping, maka akan terjadi miosis pupil dari mata tersebut reflek cahaya direct. Pupil dari mata yang satunya lagi juga akan miosis, keadaan ini disebut refleks cahaya indirek. Pada keadaan dimana terdapat kerusakan nervus II atau III, maka reflek cahaya bisa menjadi negatif.
Refleks Abdominal
Terdiri dari :
a.         Refleks epigastrik : pusat refleks terdapat pada segment spinalis thorakal  6 – 9.
b.         Refleks mesogastrik : pusat refleks terdapat pada segment medulla spinalis thorakal  8 – 11.
c.          Refleks Hipogastrik : pusat refleks terdapat pada segment spinalis thorakal 11 sampai L1
Cara menimbulkan refleks abdominal dengan menggoreskan dinding perut dari lateral kearah umbilicus. Refleks dikatakan positif apabila terjadi kontraksi dinding perut. Refleks dinding perut negatif pada :
-          Orang tua, wanita sudah melahirkan karena dinding perutnya kendur.
-          Obesitas
-          Orang yang gelisah
-          Orang yang geli
-          Akut abdomen
Pada kerusakan jaras kortokospilalis, refleks dinding perut akan negatif tetapi sebaliknya refleks otot yang bersangkutan meninggi. Keadaan ini dikenal dengan nama desosiasi refleks abdominal.
Refleks Kremaster
Pusat refleks terdapat disegmen medulla spinalis L1 – 2, cara menimbulkannya menggores paha bagian dalam dari atas bawah, hasil positif bila skrotum sisi yang sama naik/kontriksi, refleks ini negatif terjadi pada orang tua, hodricel, orchitis.
Refleks Anal
Pusat refleks terdapat pada segmen medulaspinalis S3-4-5, cara menimbulkannya dengan menggores kulit anal, hasil positif bila terjadi kontraksi otot spingter ani.
Refleks Bulbocavernosa
Pusat refleks terdapat pada segmen S3-4, cara menimbulkannya dengan menekan gland penis tiba-tiba oleh satu tangan, sedang jari tangan yang lainnya dimasukkan kedalam anus, hasil positif bila waktu glan penis ditekan terasa spingter ani kontraksi.
Refleks Biceps
Pusat refleks terdapat di C5-6, cara membangkitkannya ialah dengan cara mengetuk tendon otot biseps didaerah fossa kubiti dimana lengan pada posisi fleksi didaerah siku, positif bila terjadi kontraksi otot biceps dan gerakan fleksi lengan bawah.
Refleks triceps
Pusat refleks terdapat pada C6-7-8, cara membangkitkannya ialah dengan cara mengetuk tendon otot triceps didaerah siku dimana lengan pada posisi fleksi didaerah siku, positif bila terjadi kontraksi otot triceps dan gerakan ekstensi lengan bawah.
Refleks Brachiorasialis
Pusat refleks terdapat pada C5-6, cara membangkitkannya ialah dengan cara mengetuk tendon otot brachiorasialis didaerah proksimal pergelangan tangan, hasil positif bila terdapat kontraksi otot brachiorasialis dan gerakan fleksi lengan bawah.
Refleks Quadriceps
Pusat refleks terdapat pada 2-3-4, cara membangkitkannya dengan mengetuk tendon otot quadriceps didaerah lutut, posisi tungkai fleksi didaerah lutut, hasil positif bila terdapat kontraksi otot quadriceps didaerah Achilles atau gerakan ekstensi tingkat bawah.
Refleks Sentakan Rahang
Tekankan ibu jari tangan pada dagu penderita dengan mulut 1/2-3/4 terbuka, dalam keadaan lemas.
Refleks Pektorialis
Tekankan ibu jari tangan pada lipatan depan fosa aksilaris, dorong keatas sedikit dan perlahan-lahan, sehingga tendo m.pektorialis teregang, kemudian ketuk.
Refleks Pronator
Penderita duduk, lengan difleksikan serta sedikit dalam kedudukan pronasi. Ketuklah tonjolan radialis yang terdapat pada permukaan palmaris, sambil memegang tangan penderita; rasakan dan perhatikan pronasi yang terjadi.
Refleks Fleksor Jari
Penderita duduk, lengan dalam kedudukan fleksi dan supinasi, jari-jari sedikit difleksikan ; letakkan salah satu jari anda secara horisontal dipermukaan palmaris jari-jari yang sedikit difleksikan, kemudian ketuk sambil merasakan dan memperhatikan jari-jari yang melakukan fleksi.
Refleks abduktor ekstremitas bawah
Penderita dalam posisi berbaring, tungkai bawah dalam keadaan lemas dan diekstesikan, letakkan tangan anda diatas paha bawah medial, tarik sedikit ke atas , kemudian ketuk jari-jari anda ; rasakan dan cari adanya aduksi paha (normal hipoaktif)
Refleks Hamsting (m.semitendinous dan m.semimembranosus dibagian dalam, m.biceps femoris dibagian luar)
Penderita dalam posisi berbaring ; putarlah sedikit keatas luar atau kearah dalam dan fleksikan tungkai bawah penderita, letakkan jari anda masing-masing diatas tendon medralis atau lateralis, tepat diatas fossa paplitea, kemudian ketuk.
Refleks Achilles atau refleks sentakan pergelangan kaki
Penderita dalam posisi duduk atau berbaring ; secara parsialfelksikan pergelangan kaki penderita kearah dorsal dengan mempergunakan satu tangan, ketuklah tendon Achilles, rasakan dan perhatikan pergerakan refleks yang terjadi.
Refleks Gastroremeus
Pusat refleks terdapat pada L5-S2, cara membangkitkannya dengan memukul tendon otot gastrotemeus didaerah Achilles, posisi tungkai sedikit fleksi didaerha lutut, hasil positif bila terdapat kontraksi otot gastroremeus atau gerkan ekstensi kaki.
2)   Refleks Pathologi
Refleks Hoffman Trommer
Cara membangkitkan jari tengah penderita diekstensikan, kemudian ujungnya digores, positif terdapat gerakan fleksi jari lainnya.
Refleks Jaw
Terdapat kerusakan kortikospinalis bilateral, eferen adan aferennya nervus trigeminus. Cara membangkitkannya dengan mengetuk dan penderita pada posisi mulut sedikti terbuka. Hasil positif jika mulutnya terkatup.
Refleks Babinski
Cara membangkitkannya dengan menggores bagian lateral telapak kaki pasien dari belakang kedepan, hasil positif bila gerakan dorsoekstensi dari ibu jari dan abduksi dari jari-jari lainnya.
Refleks Babinski
Cara membangkitkannya dengan menggores bagian dorsoteral kaki pasien dari belakang kedepan, hasil positif bila gerakan dorsoekstensi dari ibu jari dan abduksi dari jari-jari lainnya.
Refleks Oppenheim
Cara membangkitkannya dengan menggores daerah tibia dengan tangan antara jari telunjuk dan jari tengah dari proksimal ke distal, hasil positif bila terdapat gerakan dorsoekstensi dari ibu jari dan gerakan abduksi dari jari-jari lainnya.
Refleks Regresi
Dikarenakan karena keruskan trktus piramidalis bilateral/kerusakan otak bilateral, yang termasuk refleks ini adalah :
1.      Refleks Glabella
Cara membangkitkannya dengan mengetuk dahi diantara kedua mata, mengetuknya dari samping, hasil positif bila tiap ketukan mengakibatkan kedua mata pasien berkedip.
2.      Refleks Glabella
Cara membangkitkannya dengan mengetuk pertengahan bibir atas, hasil positif bila tiap ketukan menyebabkan mulut mencucu.
3.      Refleks Sucking
Cara membangkitkannya dengan menaruh jari dibibir pasien, hasil positif bila pasien menghisap jari tersebut.
4.      Refleks Graps
Cara membangkitkannya dengan menaruh jari pada telapak tangan pasien, hasil positif bila tangan penderita akan menggenggam tangan pemeriksa.
5.      Refleks Palmomental
Cara membangkitkannya dengan menggores telapak tangan didaerah distal,  hasil positif terdapat kontraksi otot-otot mental/dagu.
Refleks Rosolimo
Cara membangkitkannya dengan mengetuk telapak kaki depan, hasil positif bila jari-jari kakinya ventrofleksi.
Refleks Mendel Bechterew
Cara membangkitkannya dengan mengetuk daerah dorsal kaki sebelah depan, hasil positif bila jari-jari kakinya ventrofleksi.

G. TEST RANGSANG MENINGEAL
1)         Nuchal Rigidity atau kaku kuduk
                        Cara pemeriksaan :
Klien tanpa bantal, lakukan terlebih dahulu fleksi leher ke lateral untuk menyingkirkan kemungkinan kekakuan leher karena proses local dileher seperti fraktur dan arthritis akut. Lakukan fleksi leher (Mendekatkan dagu ke sternum), mengalami tahanan karena nyeri yang timbul.
2)         Tanda Brudzinki I (tanda leher menurut Brudzinki)
Bila pasa saat fleksi leher terjadi juga fleksi pada kedua lutut, maka tanda brudzinski l positif.
3)         Tanda kernig
Ekstensi sendi lutut pada posisi fleksi sendi paha 90 derajat akan menimbulkan nyeri sepanjang perjalanan nervus ishiadicus.

1 komentar:

  1. Coin Casino Review | No Deposit Bonus, Free Spins & More!
    Coin Casino is an established and well established online casino that has a 인카지노 proven track 1xbet korean record of offering a lot of deccasino value for the players. The casino also offers a

    BalasHapus